visitor

Sabtu, 18 September 2010

BERANG-BERANG: INSINYUR PEMBUAT BENDUNGAN



Arsitektur adalah bidang di mana konsep seni dan estetika yang ditanamkan Allah dalam diri manusia dapat terlihat. Tapi tahukah Anda, ternyata masih terdapat banyak arsitek di alam ini yang sama terampilnya dengan manusia? Salah satu dari sekian banyak contoh yang ada adalah berang-berang.
Menebang Pohon dengan Gigi dan Cakar
Kisah tentang berang-berang dimulai dengan seekor pejantan dan betina yang pergi untuk membuat sarang baru untuk mereka sendiri. Pasangan berang-berang ini akan membangun rumahnya di atas sungai. Tapi, untuk mengerjakannya, pertama kali mereka harus membendung laju arus sungai. Untuk menahan laju aliran ini mereka menggunakan cara yang sama seperti yang telah dilakukan manusia selama ratusan tahun. Dengan kata lain, mereka membuat bendungan.
Untuk memulai membangun bendungan, pertama-tama mereka harus mendapatkan bahan baku. Bahan baku ini terdiri atas balok kayu dan cabang-cabang pohon. Berang-berang mulai bekerja dengan pergi menuju areal hutan di sekitar sungai. Pertama-tama mereka memakan sedikit dedaunan dari pohon yang mereka temukan. Tapi tugas utama mereka adalah menebang dan mendorong pohon ini hingga roboh.
Mereka melakukannya dengan cara menggerogoti batang utama pohon tersebut. Yang menarik di sini adalah mereka menggerogoti kayu sedemikian rupa sehingga ketika pekerjaan menebang berakhir, batang pohon senantiasa roboh ke arah sungai.
Menebang dan merobohkan pohon masih merupakan bagian pekerjaan yang paling sederhana. Selanjutnya, berang-berang memotong pohon tersebut pada cabang-cabangnya. Mereka memulai membangun bendungan dengan meletakkan cabang-cabang tersebut di depan gelondongan kayu terbesar yang telah mereka robohkan sebelumnya. Perlu diketahui bahwa, setiap saat, peralatan yang mereka gunakan hanyalah cakar dan mulutnya saja.
Mereka melakukan pekerjaan menebang pohon dan membangun bendungan dengan penuh kesabaran. Dua ekor berang-berang menebang rata-rata empat ratus pohon per tahun. Mereka memotong-motong pepohonan yang berada agak jauh dari bendungan pada cabang-cabangnya, dan kemudian menyeret potongan-potongan tersebut ke bendungan.
Berang-berang selalu menggunakan gigi depan untuk menggerogoti batang atau cabang pohon. Karena mereka menggunakannya setiap waktu, maka gigi depan ini menjadi tumpul atau rusak. Tetapi rahang berang-berang dibuat dengan memperhitungkan semua hal ini sebelumnya. Gigi depannya yang tajam selalu tumbuh memanjang, layaknya kuku manusia. Demikianlah, Allah Yang Maha Besar, yang menciptakan berang-berang, juga menciptakan gigi mereka sesuai dengan pekerjaan yang harus mereka lakukan.
Tubuh berang-berang didisain sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka untuk berenang dan menyelam dalam air. Kakinya berselaput sehingga mudah mengayuh air. Ekor belakangnya berbentuk seperti dayung raksasa, sehingga mereka dapat berenang dengan nyaman dalam air.
Dan Bendungan Pun Terbentuk...
Berang-berang terus saja membangun bendungan mereka dengan penuh semangat. Mereka begitu ahli dalam menyusun batang pohon dan cabang-cabang kecil, dan memperluas bendungan sedikit demi sedikit setiap hari.
Lambat-laun, bendungan menjadi semakin besar sehingga permukaan air yang terbendung di bagian depan pun semakin meninggi. Akhirnya, setelah beberapa bulan bekerja, danau yang besar pun terbentuk. Tapi karena danau bertambah besar, berang-berang harus memperkokoh bendungan tersebut dan memperbaiki kerusakannya. Mereka melakukan tugas berat ini dengan penuh kesabaran.
Pemandangan yang muncul sebagai hasil kerja keras selama beberapa bulan ini sungguh menakjubkan. Sebuah bendungan yang sesungguhnya, yang menyerupai buatan manusia, telah terbentuk.
Pada pengamatan lebih dekat, berang-berang membuat bendungan mereka dalam bentuk cekung. Bentuk seperti ini tidak dipilih secara kebetulan. Karena bentuk bendungan yang terbaik menahan tekanan air adalah bendungan yang berbentuk cekung. Faktanya, bendungan pembangkit listrik tenaga air modern yang ada sekarang juga dibangun dalam bentuk cekung.
Singkat kata, berang-berang memiliki pengetahuan tentang konstruksi, yang pada manusia dicapai setelah beberapa waktu, sejak hari pertama dari kehidupan mereka. Lalu, siapakah yang memberikan mereka pengetahuan tersebut? Tidak diragukan lagi, suatu makhluk hidup tidak mungkin memperoleh kemampuan membangun bendungan secara kebetulan. Ia tidak dapat menemukan bentuk bendungan yang akan memiliki daya tahan terkuat dalam menahan tekanan air secara kebetulan, dan ia pun tidak mampu menurunkan kemampuan ini kepada generasi berikutnya. Adalah Allah Yang Maha Besar, yang memberi berang-berang kemampuan yang mereka miliki, yang menciptakan semua makhluk hidup, dan yang memberi ilham atas apa yang mereka lakukan.
Rumah Bertingkat di Atas Air
Tujuan berang-berang membangun bendungan yang besar ini adalah untuk mendapatkan danau dengan air yang tenang di mana mereka dapat membuat sarang. Mereka juga membuat sarang ketika mereka sedang membangun bendungan. Sarang tersebut terletak di salah satu sisi danau, di suatu tempat yang dekat dengan tepian. Sarang ini, yang terlihat seperti gundukan kayu jika dilihat dari atas, ternyata didisain dengan sangat rapi.
Satu-satunya jalan masuk ke dalam sarang adalah dari bawah permukaan air. Untuk mencapainya, haruslah melalui terowongan tersembunyi. Terowongan ini bermuara pada suatu bilik tersembunyi di atas permukaan air. Keluarga berang-berang hidup di bilik yang kering dan aman ini. Sejumlah berang-berang membangun sarangnya dua lantai. Lantai pertama adalah sebagai jalan masuk dan ruang tamu, dan laintai berikutnya sebagai ruang makan dan ruang tidur.
Sarang berang-berang memiliki dua jalan masuk bawah air dan satu lubang angin yang terletak di bagian paling atas. Dalam sarangnya yang luar biasa ini, berang-berang tidak hanya terlindung dari bahaya luar, tapi juga memiliki naungan yang nyaman.
Ilham dari Allah
Danau kecil yang dibentuk berang-berang kadang dapat mencapai kedalaman tiga sampai empat meter. Mereka sebenarnya tidak memerlukan air sedalam ini untuk membangun sarang mereka. Kalau begitu, mengapa mereka membuat danau sedemikian dalam?

Jawaban atas pertanyaan ini tampak nyata pada musim dingin. Pada musim dingin, permukaan air membeku dan membentuk lapisan es yang lumayan tebal. Jika danau tidak cukup dalam, danau akan membeku hingga ke dasar, dan segala yang ada akan memjadi bongkahan es, dan ini akan melumpuhkan kemampuan berang-berang untuk bergerak.
Berang-berang, seolah tahu akan hal ini dan berusaha membuat danau kecil tersebut sedalam mungkin. Dengan demikian, di musim dingin, lapisan air yang tebal tersisa di bawah es. Ini cukup bagi berang-berang untuk dapat bergerak di dalam air dan mendapatkan makan.
Jika seseorang berpikir tentang hal ini, akan jelas bahwa apa yang dilakukan oleh berang-berang sangatlah luar biasa. Makhluk kecil ini berhasil mengerjakan sesuatu yang kebanyakan orang tidak mampu melakukannya tanpa pendidikan dan pelatihan khusus. Jadi, siapakah yang menjadikan mereka mampu melakukan hal ini?
Adalah mustahil mengatakan bahwa berang-berang adalah makhluk yang memiliki kecerdasan istimewa. Jadi, bagaimana binatang kecil ini merencanakan sarangnya dengan terowongan masuk istimewa ke dalam air, dan dilengkapi lubang angin? Bagaimana mereka tahu cara membuat bendungan dengan disain yang sama seperti pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air paling modern di dunia?
Pekerjaan-pekerjaan ini jauh di luar jangkauan kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki binatang kecil yang menawan ini. Jelas bahwa ada kekuasaan luar biasa yang memungkinkan mereka melakukan pekerjaan dengan sangat baik.
Allah Yang Maha Besar, yang menciptakan semua makhluk hidup dan mengilhami perilaku berang-berang, juga mengilhami berang-berang untuk membuat bendungan dan sarang mereka yang sempurna. Allah menyatakan Kekuasaan-Nya atas semua makhluk hidup dalam sebuah ayat Alquran:
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada dilangit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk. (QS. Ar-Ruum, 30:26)
sumber : http://us1.harunyahya.com/Detail/T/EDCRFV/productId/4469/BERANG-BERANG:_INSINYUR_PEMBUAT_BENDUNGAN

belajar dari arsitektur semut


“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.” (QS. An-Naml [27]:17-19)


analisa semutSalah satu makhluk mungil yang memberikan berjuta pelajaran, adalah makhluk yang sehari-hari sangat sering berinteraksi dengan kita. Karena mungilnya, semut barangkali merupakan makhluk yang paling sering diremehkan oleh manusia. Dijelaskan pada ayat di atas, perkataan seekor semut yang takut terinjak, karena manusia seringkali tidak menyadari keberadaan mereka. Hal yang menakjubkan, adalah bahwa semut-semut itu seolah-olah telah memahami dan tidak menyalahkan Nabi Sulaiman as. dan pasukannya, apabila mereka tanpa sengaja menginjak sarang, bahkan tubuh semut itu sendiri. Suatu kearifan besar yang dapat dipelajari dari makhluk yang kecil ini. Karenanya, pada pembahasan mengenai arsitektur sarang semut ini, kita akan menggali sebagian kecil dari keajaiban dan pelajaran yang sejak lama telah ditujukan kepada manusia, agar terhindar dari kesombongan diri, yang sebagian disebabkan oleh ketidaktahuan akan kebesaran Allah swt.


Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dari ayat di atas dapat dipahami bahwa semut merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan berkelompok. Di antara keunikan yang dimiliki hewan ini, adalah ketajaman indra, sikap hati-hati dan etos kerja yang sangat tinggi. Mereka memiliki sistem kehidupan sosial yang sangat kompleks, dengan teknologi, sistem kerja, kedisiplinan, jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat sulit untuk diterapkan di dunia manusia, bahkan dalam suatu perusahaan internasional, ataupun dunia militer. Peradaban masyarakat semut yang kompleks terwujud pula dalam hasil-hasil ‘kebudayaan’ mereka, yaitu sarang yang memiliki tingkat perencanaan setara dengan perencanaan kota bagi manusia, bahkan jauh lebih teratur dan sistematis. Sebagian koloni semut membangun sarangnya meliputi daerah yang sangat luas. Pada zaman nabi Sulaiman as., mereka tinggal di suatu daerah yang disebut oleh Al-Qur’an sebagai lembah semut, dikarenakan luasnya daerah cakupan sarang-sarang mereka.

Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan sarang semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh ruang yang terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna. Ruang yang memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah, memperoleh sinar matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Ruang-ruang yang membutuhkan akses yang cepat dan senantiasa berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-gudang penyimpanan bahan makanan mudah dicapai dan terhindar dari kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya, terdapat ruang yang cukup luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan pengikat ruang-ruang lainnya.

Sistem ventilasi atau penghawaan dalam sarang semut pun merupakan bukti dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT ini. Di dalam buku ‘Keajaiban pada Semut’, dipaparkan bahwa bagian-bagian ruang yang dekat dengan permukaan tanah dipenuhi oleh kebun jamur. Sementara itu, ruang-ruang yang lebih luas dan terletak lebih dalam menampung sisa-sisa tumbuhan yang membusuk. Uniknya, beberapa ruang mengandung tanah lebih banyak daripada bahan organik. Hal ini disebabkan, tanah diperlukan sebagai penutup untuk limbah-limbah berbahaya. Udara panas hasil pembakaran keluar dari ruang pembuangan ini, sehingga udara yang sejuk dan kaya oksigen terserap ke dalam sarang.

Semut dan Cara Pengenalan Ruang
Dari surat An-Naml ayat 18 yang telah disebutkan, kita juga dapat mengetahui, bahwa di dalam komunitas semut terdapat suatu sistem komunikasi yang menghubungkan seekor semut dengan semut-semut lain dalam jangka waktu relatif cepat. Penelitian ilmiah menyebutkan, bahwa semut memiliki beberapa cara dalam berkomunikasi, yaitu dengan isyarat kimiawi, bau, sentuhan dan isyarat bunyi. Harun Yahya menyatakan, dengan beberapa metode komunikasi ini, semut ibarat manusia yang menguasai tiga sampai empat bahasa sekaligus.

Proses komunikasi pada hewan-hewan sejenis semut yang hidup berkelompok, digolongkan dalam beberapa kategori, di antaranya mengambil posisi siaga, bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali dan mendeteksi kasta. Dalam proses mengenali ruangan di dalam sarangnya, semut tidak pernah mengalami kesalahan dalam mendeteksi jenis ruang dan kemana ia harus menuju. Semut-semut berjalan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seekor semut pekerja tidak akan pernah salah membawa bahan makanan ke ruang pemeliharaan larva. Metode yang digunakan oleh semut-semut ini untuk mengenali ruang, ialah dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, upaya eksplorasi ruang dalam arsitektur juga mengenal beberapa metode yang ditemui pada saat semut mengidentifikasikan ruang-ruang di dalam sarangnya. Selain dengan penglihatan, ternyata ruang juga dapat dieksplorasi dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi. Sebuah ruang dapat dikenali luasannya dari kemampuannya memantulkan bunyi, atau efek audio yang dihasilkannya. Dengan sentuhan, seorang tuna grahita dapat membedakan ruang dari perbedaan permukaan dinding dan lantai. Begitu pula dengan bau yang dimiliki oleh setiap ruang. Di dalam sebuah rumah tinggal yang sederhana, misalnya, kita dapat membedakan ruang dapur, kamar mandi atau kamar tidur dari bau yang tercium di dalamnya. Aspek eksplorasi ruang ini menjadi sangat penting, terutama apabila kita merancang suatu bangunan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.

Antara Sarang Semut dan Rumah Sakit
Dari aspek tata ruang dan sirkulasi, pengaturan zona pada sebuah sarang semut dapat dikatakan mirip dengan penataan sirkulasi rumah sakit. Zona-zona ruang pada sarang semut dapat dikatakan jauh lebih teratur, karena tidak terdapat perpotongan-perpotongan sirkulasi yang tidak diperlukan. Ruang-ruang pengeraman dan perawatan larva serta ruang tempat ratu semut bertelur terletak di area privat dengan jalur yang buntu, sehingga tidak dilalui oleh semut-semut lain yang tidak bertugas di area itu.

Dalam proses perancangan rumah sakit, sistem pengaturan semacam ini juga telah dikenal. Terdapat semacam jalur-jalur cul de sac (jalur buntu) untuk menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan dan privasi tinggi, misalnya ruang bedah, ruang bersalin dan ruang rawat intensif (ICU). Dengan cara ini, diharapkan pengunjung rumah sakit yang tidak berkepentingan tidak melewati ruang-ruang tersebut. Satu hal yang menyebabkan pengaturan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit menjadi rumit, adalah adanya kebutuhan untuk memisahkan jenis-jenis ruang tertentu, namun menjadikannya tetap dekat satu sama lain. Selain itu, kebutuhan akan pemisahan sirkulasi juga merupakan hal yang sangat penting. Jalur sirkulasi medis sebaiknya diletakkan terpisah dari jalur sirkulasi pengunjung. Walaupun demikian, karena keterbatasan lahan dan biaya, biasanya jalur sirkulasi ini sebagian besar digabung. Hanya jalur-jalur sirkulasi khusus, misalnya jalur sirkulasi anesthesia dan ruang bedah yang benar-benar terpisah. Hal yang sering terjadi, ialah pasien yang masih setengah sadar dibawa menuju ruang rawat inap dengan melewati jalur pengunjung, sehingga ketenangan dan privasi pasien kurang diperhatikan. Demikian pula dengan tingkat sterilitas (bebas hama) jalur sirkulasi pengunjung yang jauh di bawah standar tingkat sterilitas jalur sirkulasi medis. Membawa pasien pascaoperasi melewati jalur ini sedikit banyak dapat mengakibatkan pasien terkontaminasi bakteri dan sejenisnya.

Belajar dari arsitektur sarang semut, tampak dari skema perletakan ruang, terdapat tiga zona besar dengan hirarki dan pemisahan jalur sirkulasi yang jelas di dalamnya. Zona pertama adalah zona ‘publik’. Di area ini terdapat pintu masuk, ruang penjaga, dan ruang besar sebagai pengikat jalur-jalur sirkulasi dari segala arah. Dipisahkan dengan suatu jalur sirkulasi mendatar, di bawah area publik ini terdapat zona penyimpanan. Zona penyimpanan gandum dan daging dipisahkan dengan sebuah koridor, masing-masing terdapat di jalur cul de sac. Zona terakhir dan terdalam, adalah zona reproduksi yang terdiri dari ruang perawatan larva, ruang pengeraman telur, ruang pemanas sentral dan ruang bangsawan. Di antara zona penyimpanan dan zona reproduksi terdapat ruang besar yang digunakan sebagai tempat semut-semut berhibernasi dan melewatkan musim dingin di ruangan ini. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan, bahwa terdapat area-area perantara yang memisahkan sekaligus menghubungkan dua zona yang berbeda. Perantara ini dapat berupa jalur sirkulasi maupun ruang-ruang semacam aula.
Keistimewaan lain dari sarang semut ini, adalah meskipun sarang ini meliputi area yang sangat luas, dengan kedalaman yang berbeda dari permukaan tanah, suhu di dalam setiap ruang tetap konstan dan seragam sepanjang hari. Sistem pengaturan suhu yang sangat canggih ini mengingatkan kita kepada perancangan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit. Ruang-ruang tertentu di dalam sebuah rumah sakit, misalnya ruang bedah, ruang rawat intensif (ICU), ruang recovery dan ruang penyimpanan obat membutuhkan pengaturan suhu, kondisi kelembaban dan tingkat sterilisasi tertentu, agar kondisi pasien dapat terjaga. Pada sebagian rumah sakit, kebutuhan ini terkadang tidak dapat dipenuhi secara optimal, dikarenakan beberapa kendala, di antaranya biaya, tata ruang dan struktur bangunan yang kurang mendukung. Sebaliknya, perancangan tata ruang, struktur, sirkulasi dan persyaratan ruang dalam setiap sarang semut selalu sesuai dengan kebutuhan koloni itu. Terdapat sebuah ruang pemanas sentral, tempat semut-semut mencampur potongan daun dan ranting yang menghasilkan panas tertentu dan menjaga suhu sarang antara 20 sampai 30 derajat. Selain itu, terdapat pula sekat luar yang terdiri dari potongan cabang dan ranting yang selalu diawasi oleh semut pekerja. Sekat luar ini sangat efektif dalam melindungi sarang dari hujan, angin dan panas yang berlebihan.

Dari uraian panjang di atas, tampaklah bahwa kesempurnaan arsitektur sarang semut salah satunya dikarenakan tata ruang, struktur dan sirkulasi yang benar-benar sesuai dengan fungsi dan kebutuhan koloni semut itu. Keindahan yang muncul darinya pun adalah karena perancangan yang benar, indah karena benar. Tiadalah seekor semut yang kecil dengan kapasitas otak yang sangat terbatas mampu merancang sarang yang serumit dan sesempurna ini, apabila tidak ada suatu ‘grand design’ dari Allah swt. yang Maha Kuasa yang diilhamkan kepada mereka. Hal ini merupakan suatu pelajaran yang penting pula bagi manusia, karena seluruh pengetahuan dan kepintaran yang dimiliki saat ini, semuanya berasal dari Allah swt. dan hanya dengan izin-Nya lah manusia dapat memperoleh pengetahuan itu.

sumber : http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/06/24/belajar-arsitektur-dari-sarang-semut/analisa-semut/

Jumat, 17 September 2010

Lucu ya ? Eh, lucu ga yah ? (sebuah renungan)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiriZlu1L8OGa0d-Fop9ezEeYtMQsIi-r9a2WnlqCqcAUcjSwHlcJEElFalBldBEugovvO79uYNQicgtykw_I7lOR_sKir7pls9u8LQ4MrMILGoTvaZXTksP8M2-UkOLlMJXkft3a4MKdER/s1600/little-boy-praying.jpg




Lucu ya, uang Rp 20,000an kelihatan begitu besar bila
dibawa ke kotak amal mesjid, tapi begitu kecil bila kita
bawa ke supermarket.


Lucu ya, 45 menit terasa terlalu lama untuk berzikir,
tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan
sepakbola.


Lucu ya, betapa lamanya 2 jam berada di Masjid, tapi
betapa cepatnya 2 jam berlalu saat menikmati pemutaran
film di bioskop.



Lucu ya, susah merangkai kata untuk dipanjatkan saat
berdoa atau sholat, tapi betapa mudahnya cari bahan
obrolan bila ketemu teman.

Lucu ya, betapa serunya perpanjangan waktu dipertandingan
bola favorit kita, tapi betapa bosannya bila imam sholat
Tarawih bulan Ramadhan kelamaan bacaannya.


Lucu ya, susah banget baca Al-Quran 1 lembar saja, tapi novel best-seller
1000 halaman pun habis dilalap.


Lucu ya, orang-orang pada berebut paling depan untuk
nonton bola atau konser tapi berebut cari shaf paling
belakang bila Jumatan agar bisa cepat keluar.


Lucu ya, kita perlu undangan pengajian 3-4 minggu
sebelumnya agar bisa disiapkan di agenda kita, tapi untuk
acara lain jadwal kita gampang diubah seketika.


Lucu ya, susahnya orang mengajak partisipasi untuk dakwah,
tapi mudahnya orang berpartisipasi menyebar gossip.



Lucu ya, kita begitu percaya pada yang dikatakan koran,
tapi kita sering mempertanyakan apa yang dikatakan Al
Quran.


Lucu ya, semua orang penginnya masuk surga tanpa harus
beriman, berpikir, berbicara ataupun melakukan apa-apa.


Lucu ya, kita bisa ngirim ribuan jokes lewat email, tapi
bila ngirim yang berkaitan dengan ibadah / pengetahuan
ke-Islaman sering mesti berpikir dua-kali.



“Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin
bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari
Allah.” (QS. 33:47)



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj0gauLM3zulkhVGSNFgdDYTjtxHvl5PiamfDggXu7wbd-i71xFy-XQvsFZRApHp8thZDQ6WPqJ9uk-G98_L8WEmfsGHQDJ05A7wGM1MsaaRCYdGGhr1KMyfeCWhsE_hSOkeHMGtjTWz_F/s1600/9_muslim-prayer-low-res.jpg




semoga menjadi renungan kita semua, dan semoga bukan kita....


Sumber : http://unic77.blogspot.com/2010/09/lucu-ya-eh-lucu-ga-yah-islam.html

Kamis, 16 September 2010

FAKTA HUJAN YANG MENGEJUTKAN

1.Rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam.
2.Air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepat-an yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan (bayangkan jika hujan terjadi seperti gelembung air yang besar yang turun dari langit), bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan .

3.Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter.
4.Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari keting-gian 15 cm
5.Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 meter  
6.Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi. 
7.Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan “takaran”.
8.Butiran air hujan berubah bentuk ratusan kali tiap detik
9.Kalau butiran air hujan itu dibekukan akan membentuk keping kristal yg indah, tidak seperti air biasa yang di bekukan di freezer/kulkas 
10.Setelah hujan turun, tanah, ilalang, rerumputan akan mengeluarkan bau wangi yg khas, senyawa ini dinamakan 'petrichor' 
11.Dan fakta terakhir yang paling misterius dan mengejutkan ilmuan. Hujan memiliki kemampuan untuk menghipnotis manusia untuk me-resonansi-kan ingatan masa lalu. Dan tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuan hanya bisa menyimpulkan “Di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yg rindu”.  
Dan pada titik ini – para ilmuan meyakini bahwa - manusia biasanya mendapatkan inspirasi..
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

connect with us

Archives

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews