visitor

Sabtu, 18 September 2010

belajar dari arsitektur semut


“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.” (QS. An-Naml [27]:17-19)


analisa semutSalah satu makhluk mungil yang memberikan berjuta pelajaran, adalah makhluk yang sehari-hari sangat sering berinteraksi dengan kita. Karena mungilnya, semut barangkali merupakan makhluk yang paling sering diremehkan oleh manusia. Dijelaskan pada ayat di atas, perkataan seekor semut yang takut terinjak, karena manusia seringkali tidak menyadari keberadaan mereka. Hal yang menakjubkan, adalah bahwa semut-semut itu seolah-olah telah memahami dan tidak menyalahkan Nabi Sulaiman as. dan pasukannya, apabila mereka tanpa sengaja menginjak sarang, bahkan tubuh semut itu sendiri. Suatu kearifan besar yang dapat dipelajari dari makhluk yang kecil ini. Karenanya, pada pembahasan mengenai arsitektur sarang semut ini, kita akan menggali sebagian kecil dari keajaiban dan pelajaran yang sejak lama telah ditujukan kepada manusia, agar terhindar dari kesombongan diri, yang sebagian disebabkan oleh ketidaktahuan akan kebesaran Allah swt.


Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dari ayat di atas dapat dipahami bahwa semut merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan berkelompok. Di antara keunikan yang dimiliki hewan ini, adalah ketajaman indra, sikap hati-hati dan etos kerja yang sangat tinggi. Mereka memiliki sistem kehidupan sosial yang sangat kompleks, dengan teknologi, sistem kerja, kedisiplinan, jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat sulit untuk diterapkan di dunia manusia, bahkan dalam suatu perusahaan internasional, ataupun dunia militer. Peradaban masyarakat semut yang kompleks terwujud pula dalam hasil-hasil ‘kebudayaan’ mereka, yaitu sarang yang memiliki tingkat perencanaan setara dengan perencanaan kota bagi manusia, bahkan jauh lebih teratur dan sistematis. Sebagian koloni semut membangun sarangnya meliputi daerah yang sangat luas. Pada zaman nabi Sulaiman as., mereka tinggal di suatu daerah yang disebut oleh Al-Qur’an sebagai lembah semut, dikarenakan luasnya daerah cakupan sarang-sarang mereka.

Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan sarang semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh ruang yang terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna. Ruang yang memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah, memperoleh sinar matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Ruang-ruang yang membutuhkan akses yang cepat dan senantiasa berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-gudang penyimpanan bahan makanan mudah dicapai dan terhindar dari kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya, terdapat ruang yang cukup luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan pengikat ruang-ruang lainnya.

Sistem ventilasi atau penghawaan dalam sarang semut pun merupakan bukti dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT ini. Di dalam buku ‘Keajaiban pada Semut’, dipaparkan bahwa bagian-bagian ruang yang dekat dengan permukaan tanah dipenuhi oleh kebun jamur. Sementara itu, ruang-ruang yang lebih luas dan terletak lebih dalam menampung sisa-sisa tumbuhan yang membusuk. Uniknya, beberapa ruang mengandung tanah lebih banyak daripada bahan organik. Hal ini disebabkan, tanah diperlukan sebagai penutup untuk limbah-limbah berbahaya. Udara panas hasil pembakaran keluar dari ruang pembuangan ini, sehingga udara yang sejuk dan kaya oksigen terserap ke dalam sarang.

Semut dan Cara Pengenalan Ruang
Dari surat An-Naml ayat 18 yang telah disebutkan, kita juga dapat mengetahui, bahwa di dalam komunitas semut terdapat suatu sistem komunikasi yang menghubungkan seekor semut dengan semut-semut lain dalam jangka waktu relatif cepat. Penelitian ilmiah menyebutkan, bahwa semut memiliki beberapa cara dalam berkomunikasi, yaitu dengan isyarat kimiawi, bau, sentuhan dan isyarat bunyi. Harun Yahya menyatakan, dengan beberapa metode komunikasi ini, semut ibarat manusia yang menguasai tiga sampai empat bahasa sekaligus.

Proses komunikasi pada hewan-hewan sejenis semut yang hidup berkelompok, digolongkan dalam beberapa kategori, di antaranya mengambil posisi siaga, bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali dan mendeteksi kasta. Dalam proses mengenali ruangan di dalam sarangnya, semut tidak pernah mengalami kesalahan dalam mendeteksi jenis ruang dan kemana ia harus menuju. Semut-semut berjalan sesuai dengan tugasnya masing-masing. Seekor semut pekerja tidak akan pernah salah membawa bahan makanan ke ruang pemeliharaan larva. Metode yang digunakan oleh semut-semut ini untuk mengenali ruang, ialah dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, upaya eksplorasi ruang dalam arsitektur juga mengenal beberapa metode yang ditemui pada saat semut mengidentifikasikan ruang-ruang di dalam sarangnya. Selain dengan penglihatan, ternyata ruang juga dapat dieksplorasi dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi. Sebuah ruang dapat dikenali luasannya dari kemampuannya memantulkan bunyi, atau efek audio yang dihasilkannya. Dengan sentuhan, seorang tuna grahita dapat membedakan ruang dari perbedaan permukaan dinding dan lantai. Begitu pula dengan bau yang dimiliki oleh setiap ruang. Di dalam sebuah rumah tinggal yang sederhana, misalnya, kita dapat membedakan ruang dapur, kamar mandi atau kamar tidur dari bau yang tercium di dalamnya. Aspek eksplorasi ruang ini menjadi sangat penting, terutama apabila kita merancang suatu bangunan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.

Antara Sarang Semut dan Rumah Sakit
Dari aspek tata ruang dan sirkulasi, pengaturan zona pada sebuah sarang semut dapat dikatakan mirip dengan penataan sirkulasi rumah sakit. Zona-zona ruang pada sarang semut dapat dikatakan jauh lebih teratur, karena tidak terdapat perpotongan-perpotongan sirkulasi yang tidak diperlukan. Ruang-ruang pengeraman dan perawatan larva serta ruang tempat ratu semut bertelur terletak di area privat dengan jalur yang buntu, sehingga tidak dilalui oleh semut-semut lain yang tidak bertugas di area itu.

Dalam proses perancangan rumah sakit, sistem pengaturan semacam ini juga telah dikenal. Terdapat semacam jalur-jalur cul de sac (jalur buntu) untuk menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan dan privasi tinggi, misalnya ruang bedah, ruang bersalin dan ruang rawat intensif (ICU). Dengan cara ini, diharapkan pengunjung rumah sakit yang tidak berkepentingan tidak melewati ruang-ruang tersebut. Satu hal yang menyebabkan pengaturan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit menjadi rumit, adalah adanya kebutuhan untuk memisahkan jenis-jenis ruang tertentu, namun menjadikannya tetap dekat satu sama lain. Selain itu, kebutuhan akan pemisahan sirkulasi juga merupakan hal yang sangat penting. Jalur sirkulasi medis sebaiknya diletakkan terpisah dari jalur sirkulasi pengunjung. Walaupun demikian, karena keterbatasan lahan dan biaya, biasanya jalur sirkulasi ini sebagian besar digabung. Hanya jalur-jalur sirkulasi khusus, misalnya jalur sirkulasi anesthesia dan ruang bedah yang benar-benar terpisah. Hal yang sering terjadi, ialah pasien yang masih setengah sadar dibawa menuju ruang rawat inap dengan melewati jalur pengunjung, sehingga ketenangan dan privasi pasien kurang diperhatikan. Demikian pula dengan tingkat sterilitas (bebas hama) jalur sirkulasi pengunjung yang jauh di bawah standar tingkat sterilitas jalur sirkulasi medis. Membawa pasien pascaoperasi melewati jalur ini sedikit banyak dapat mengakibatkan pasien terkontaminasi bakteri dan sejenisnya.

Belajar dari arsitektur sarang semut, tampak dari skema perletakan ruang, terdapat tiga zona besar dengan hirarki dan pemisahan jalur sirkulasi yang jelas di dalamnya. Zona pertama adalah zona ‘publik’. Di area ini terdapat pintu masuk, ruang penjaga, dan ruang besar sebagai pengikat jalur-jalur sirkulasi dari segala arah. Dipisahkan dengan suatu jalur sirkulasi mendatar, di bawah area publik ini terdapat zona penyimpanan. Zona penyimpanan gandum dan daging dipisahkan dengan sebuah koridor, masing-masing terdapat di jalur cul de sac. Zona terakhir dan terdalam, adalah zona reproduksi yang terdiri dari ruang perawatan larva, ruang pengeraman telur, ruang pemanas sentral dan ruang bangsawan. Di antara zona penyimpanan dan zona reproduksi terdapat ruang besar yang digunakan sebagai tempat semut-semut berhibernasi dan melewatkan musim dingin di ruangan ini. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan, bahwa terdapat area-area perantara yang memisahkan sekaligus menghubungkan dua zona yang berbeda. Perantara ini dapat berupa jalur sirkulasi maupun ruang-ruang semacam aula.
Keistimewaan lain dari sarang semut ini, adalah meskipun sarang ini meliputi area yang sangat luas, dengan kedalaman yang berbeda dari permukaan tanah, suhu di dalam setiap ruang tetap konstan dan seragam sepanjang hari. Sistem pengaturan suhu yang sangat canggih ini mengingatkan kita kepada perancangan ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit. Ruang-ruang tertentu di dalam sebuah rumah sakit, misalnya ruang bedah, ruang rawat intensif (ICU), ruang recovery dan ruang penyimpanan obat membutuhkan pengaturan suhu, kondisi kelembaban dan tingkat sterilisasi tertentu, agar kondisi pasien dapat terjaga. Pada sebagian rumah sakit, kebutuhan ini terkadang tidak dapat dipenuhi secara optimal, dikarenakan beberapa kendala, di antaranya biaya, tata ruang dan struktur bangunan yang kurang mendukung. Sebaliknya, perancangan tata ruang, struktur, sirkulasi dan persyaratan ruang dalam setiap sarang semut selalu sesuai dengan kebutuhan koloni itu. Terdapat sebuah ruang pemanas sentral, tempat semut-semut mencampur potongan daun dan ranting yang menghasilkan panas tertentu dan menjaga suhu sarang antara 20 sampai 30 derajat. Selain itu, terdapat pula sekat luar yang terdiri dari potongan cabang dan ranting yang selalu diawasi oleh semut pekerja. Sekat luar ini sangat efektif dalam melindungi sarang dari hujan, angin dan panas yang berlebihan.

Dari uraian panjang di atas, tampaklah bahwa kesempurnaan arsitektur sarang semut salah satunya dikarenakan tata ruang, struktur dan sirkulasi yang benar-benar sesuai dengan fungsi dan kebutuhan koloni semut itu. Keindahan yang muncul darinya pun adalah karena perancangan yang benar, indah karena benar. Tiadalah seekor semut yang kecil dengan kapasitas otak yang sangat terbatas mampu merancang sarang yang serumit dan sesempurna ini, apabila tidak ada suatu ‘grand design’ dari Allah swt. yang Maha Kuasa yang diilhamkan kepada mereka. Hal ini merupakan suatu pelajaran yang penting pula bagi manusia, karena seluruh pengetahuan dan kepintaran yang dimiliki saat ini, semuanya berasal dari Allah swt. dan hanya dengan izin-Nya lah manusia dapat memperoleh pengetahuan itu.

sumber : http://yuliaonarchitecture.wordpress.com/2009/06/24/belajar-arsitektur-dari-sarang-semut/analisa-semut/

0 komentar:

Posting Komentar

setelah baca, jangan lupa komentar ya.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

connect with us

Archives

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews