Islam mengajarkan – lebih daripada keyakinan dan agama lainnya – tentang kehidupan. Islam memberikan petunjuk kepada manusia, mulai dari yang sifatnya pribadi kepada Penciptanya, yang sifatnya sosial dengan sesama manusia, hingga yang sifatnya ekologis dengan lingkungan sekitarnya. Islam juga memberikan pedoman tentang kehidupan sehari-hari, mulai dari bangun tidur, hendak tidur, urusan di kamar mandi, hingga urusan perkawinan dan rumah tangga secara detail.
Kalau Anda mencari bagaimana membagi warisan dengan adil (bukan sama rata), atau mengurus hutang piutang, atau perihal ketatanegaraan, juga bisa Anda temukan dalam Islam.
Ataukah jiwa ini terasa tertekan? Pikiran senantiasa gelisah, dan hati tak tenang? Islam menyediakan solusi menenangkan jiwa. Karena Islam menyadari, manusia tak hanya terdiri dari tubuh lahiriah saja, tapi juga akal pikiran dan hati yang kesemuanya juga memiliki hak untuk diberi makan. Maka, “rasa lapar” jiwa itulah yang salah satunya diwujudkan dalam kegelisahan. Dia butuh “nutrisi” jiwa. Dan Islam menyediakannya, Rasulullah memberikan teladannya.
Ataukah masyarakat di sekitar Anda punya masalah moralitas? Banyak penculikan, pencurian, perampokan, pembunuhan, atau pelacuran (baik yang secara sadar – Wanita Tuna Susila, maupun yang tak sadar – wanita-wanita berpakaian terbuka dan ketat)? Islam memberikan pedoman, bagaimana menata moral agar tidak putus asa dan mencuri ketika terlilit masalah keuangan. Islam menghadirkan aturan, bagaimana saling menjaga diri antara pria dan wanita, sehingga tak saling melecehkan.
Bahkan untuk pembunuhan, Islam pun memberikan pilihan, dengan tiap pilihan memiliki konsekuensinya, apakah si pelaku diampuni oleh keluarga korban, atau tidak.
Banyak muallaf (orang yang baru berpindah agama menjadi seorang Muslim) yang dengan sukarela menjadi muslim karena beberapa hal, di antaranya:
- Menemukan cara yang cocok untuk menenangkan jiwa yang selama ini dirundung gelisah karena tak punya arah dan tujuan hidup.
- Mendapatkan kejelasan tentang pertanyaan-pertanyaan mendasar kehidupan yang selama ini tak ia temukan di dalam agama lamanya. Mungkin saja dengan berdiskusi atau membaca buku.
- Takjub karena menemukan kebenaran ilmiah yang ia temukan dalam Islam, dan tak ia temukan sandarannya pada kehidupan sebelumnya. Ini sering terjadi pada para ilmuwan.
- Tergugah dengan kepribadian islami yang ditunjukkan seorang muslim yang ia kenal, sehingga mengikis kekeliruan pemahaman tentang gambaran (stereotip) muslim yang keras, kaku, dan kolot.
- Memiliki jiwa kritis, dan menemukan kepuasan batin karena jiwa kritisnya bisa dipenuhi ketika berhadapan dengan kebenaran Islam. Tapi jiwa kritis ini adalah pembawaan, bukan karena baru saja membaca buku-buku ideologis. Jiwa kritis ini lahir dari hati yang jernih dan haus kebenaran, bukan dari pikiran yang sudah dipenuhi oleh paham-paham buatan manusia yang ia baca dari buku-buku.
Bagi Anda yang masih ragu dengan Islam, atau sudah berislam tapi belum bisa sepenuhnya menjalankan ajarannya dan masih “naik turun”, teruslah mencari tahu, dan belajar. Terlalu banyak hikmah yang terserak di pelataran khazanah Islam, bahkan ibadahnya pun membawa manfaat bagi manusia sendiri.
Buang jauh-jauh segala bayangan negatif tentang Islam, karena saya yakin, bayangan negatif itu tercipta dari opini publik, terbentuk oleh kekuatan massa; televisi, koran, majalah, artikel, yang sering menyudutkan Islam hanya karena terdengar “aneh”.
Kalau Anda memang yakin ada Sang Pencipta, maka mohonlah kepada-Nya, agar ditunjukkan kebenaran yang sejati. Lalu berusahalah untuk mencarinya (jangan hanya berdoa dan menunggu kebenaran mengetuk hati kita). Temuilah orang, bacalah buku, dan renungkanlah. Realita kehidupan sudah tersedia untuk kita bandingkan, mana yang merupakan kebaikan, dan mana yang keburukan.
Kalau boleh meminjam istilah asing, Islam adalah agama yang paling “humanis”, diturunkan dari langit, tapi sudah disesuaikan dengan kondisi manusia, sehingga akan selalu pantas dan patut untuk zaman apapun. Fitrah itu tetap, tetapi manusianya yang senang mengubah-ubahnya. Dan tentu saja, manusia akan gelisah dan bisa hancur sendiri kalau fitrah itu dilencengkan dari yang seharusnya. Dan Islam menjaga agar fitrah kemanusiaan itu tetap lurus.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Ruum (30): ayat 30).
Tidak ada paksaan dalam (memasuki) agama (Islam); (karena) sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS Al Baqoroh (2): ayat 256).
sumber
http://fadhlijauhari.wordpress.com/2011/01/20/mengapa-masih-ragu-untuk-berislam/
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....