“Timbulnya sikap atau pandangan popular yang menyatakan bahwa
anak selalu benar hanya akan membuat anak tidak bisa menghargai
orangtuanya.” (Prof. Malik Badri, Psikolog Muslim)
Dekade 2000-an adalah tanda dari ekspansi konsep pendidikan “Don’t say
no to Children” yang menyapu para pemikiran orangtua, khususnya Ibu.
Dalam konsep ini seorang Ibu diharamkan untuk menggunakan kata
tidak/jangan pada anak-anak. Seperti ‘jangan bandel’, ‘jangan nakal’, ‘jangan malas’ dan lain sebagainya. Sebisa mungkin kata-kata itu dihindari dan diganti kalimat positif seperti menggunakan perintah ‘rajinlah’
sebagai kata ganti ‘jangan malas’. Sekilas konsep ini menarik,
anak-anak diajarkan untuk lebih berani mengapresiasi diri. Orangtua pun
digembleng untuk lebih ‘menghargai’ potensi anak untuk berkembang.
Sebab, menurut konsep ini, pemakaian kalimat negatif cenderung
mengekang.
Bahwa kita harus menyertakan alasan ketika memakai kata jangan kepada
anak, iya. Tapi penafian kata jangan dalam konsep pendidikan akan
berbuah fatal. Karena dalam konsep pendidikan Islam penegasan itu sangat penting, karena Islam adalah sebuah agama dengan kandungan perintah dan juga larangan. Konsekuensi dari keimanan itu adalah bahwa Islam adalah agama yang akan mendelegasikan kata “jangan’ dalam firmanNya.
Oleh sebab itu, sebuah kalimat tauhid yang secara agung dikumandangkan
oleh pria mulia bernama Lukmanul Hakim kepada anaknya didokumentasikan
secara utuh dalam Al Qur’an.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Adalah keunikan tersendiri jika kita mengkasi surat ini, lihatlah
redaksi yang dipakai Lukman. Ia lebih memilih mengedepankan kata
penafian, “Jangan mempersekutukan Allah”, ketimbang “Sembahlah Allah.”
Sebab pendidikan anak dalam Islam adalah satu rel khusus dimana
penegasan menjadi keniscayaan. Dan penegasan tidak dapat terjadi ketika
menghilangkan separuh konsep larangan. Dengan memakai kata jangan,
Lukman ingin menutup peluang pengakuan adanya Ilah lainnya yang patut
disembah.
Rupanya itu bukan satu-satunya kasus, dalam ayat lain Allah juga memakai kata jangan pada beberapa ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan sebagai muslim.” (QS. Ali-Imran [3] : 102)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi wali-walimu (pemimpin-pemimpinmu);
sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang
siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah
[5] : 51)
“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh penampilan orang-orang kafir di berbagai negeri. Itu hanyalah kesenangan sejenak,
kemudian tempat kembali mereka adalah (neraka) Jahannam, dan itulah
tempat yang paling buruk. Namun bagi orang-orang yang bertakwa kepada
Tuhannya adalah surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
sedangkan mereka kekal di dalamnya, sebagai tempat tinggal di sisi
Allah. Apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran [3]: 196-198)
Memang di satu sisi kelemahan kebiasaan mengatakan tidak pada anak
perlu dikritisi. Ini terjadi karena pada gilirannya, jamak terjadi
perkataan tidak dibarengi oleh sebuah penjelasan. Ini yang harusnya
dihindari, padahal jika kita kembali merujuk pada nasihan Lukmanul
Hakim pada anaknya, perintah larangan dibarengi dengan maksud.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".
Namun membuang konsep 'jangan' dan 'tidak' pada anak, lebih buruk dari sekedar menghindari kata jangan pada anak. Malik Badri dalam bukunya, “Dilemma of Muslim Psychologist” pernah
menyinggung hal ini. Menurutnya para psikolog muslim dan Arab kerap
termakan dogma dari psikolog Barat yang menyatakan bahwa “orang
tua selalu berada pada fihak yang salah. Sebaliknya berkembangnya sikap
atau pandangan yang menyatakan bahwa “anak selalu benar” hanya akan
membuat anak menjadi tidak bisa menghargai orangtuanya.
Efek Buruk Psikologi Modern Untuk Anak dari Dunia Barat
“Saya seringkali mengatakan pada teman-teman yang penuh semangat
belajar psikologi anak modern, khususnya terhadap mereka yang hidup di
Negara-negara Barat dan dalam masyarakat Islam modern; ‘Jika Anda
menginginkan anak-anak Anda tumbuh menjadi remaja yang suka meletakkan
kaki atau sepatunya di meja ketika ia berbicara dengan Anda, seperti
yang Anda lihat di Film-film Amerika; dan jika Anda menginginkan mereka
menaruh Anda dan ibunya di tempat penitipan orang tua setelah Anda
menjadi jompo, maka ikuti saja dengan membabi buta nasehat psikologi
Barat itu'”
Rupanya konsep pelarangan kepada anak tidak saja datang dari dunia
Islam. Anthony Storr, seorang psikiater asal Inggris yang banyak
melahirkan buku, tidak lepas untuk berbicara mengenai hal itu. Dalam
bukunya “The Integrity of Personality”,
yang telah menjadi Doktor sejak tahun 1944, mengomentari sikap para
psikolog yang tidak menyutujui sikap resktriktif (batasan atau
pelarangan) orangtua kepada anaknya. Ia menulis,
“…orangtua terkadang mendapat dirinya diktritik hanya karena peran
mereka sebagai orangtua. Orangtua dikatakan “baik” jika mereka
menunjukkan sikap protektif atau melindungi, dan dikatakan “buruk” jika
menunjukkan sikap restriktif atau mengadakan pembatasan-pembatasan:
dank arena proteksi (perlindungan) tidak mungkin dilakukan tanpa restriksi (pelarangan), maka tidak ada satu orangtua pun yang dapat melepaskan diri dari dua predikat yang saling bertentangan ini..”
Keruntuhan Moral Anak-Anak Yang Terjadi Di Barat
Pada perkembangannya, Malik Badri mewanti-wanti para orangtua muslim
untuk berkaca kepada keruntuhan moral pada anak-anak Barat. Tragedi
memudarnya sikap respek anak kepada orangtua diakibatkan dari lunaknya
pemberian hukuman dari para orangtua. Dan Islam bersama kitab suci Al
Qur’an sudah menetapkan relasi anak dan orangtua yang dibungkus sikap
mulia. Dalam surah Al Israa, Allah berfirman,
“ dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al Israa: 23-24)
Kelahiran teori Behaviorisme dan Runtuhnya Teori Psikoanalisa
Jalur masuknya konsep “Don’t say no to children” bisa kita lihat sejak
psikologi humanisme mengetuk pintu jiwa manusia modern tahun 1950-an.
Pasca runtuhnya Psikoanalisa dan munculnya Behaviorisme,
Barat masih belum dapat mendefinisikan manusia secara utuh. Jika
psikoanalisa menyatakan tiap manusia ditakdirkan sakit dengan
ketegangan libido yang membelitnya, maka Behaviorisme menginterupsi
psikoanalisa dengan menampik faktor fisiologis sebagai keladi dari
kepribadian manusia. Tokohnya adalah Ivan Pavlov disusul Edward
Thorndike, John B. Watson, Albert Bandura, dan B.F Skinner.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar,
karena seluruh perilaku manusia diciptakan dari hasil belajar, bukan
masa lalu seperi klaim kaum psikoanalis. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
mereka hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan.
Nah pada titik inilah, para psikolog tidak setuju. Mereka menilai gagasan kaum behavioris seperti merendahkan derajat manusia.
Manusia ditafsirkan tidak memiliki jiwa karena hanya dibentuk oleh
lingkungan. Padahal manusia memiliki potensi insani untuk mengubah
lingkungan. Akhirnya tridente Yahudi Carl Rogers, Abraham Maslow, Erich Fromm dan lainnya menelurkan gagasan psikologi humanisme.
Namun pada gilirannya humanisme pun berkembang menjadi aliran psikologi yang begitu mengagungkan manusia.
Mereka banyak terpengaaruh filsafat eksistensialisme yang terkenal
dengan diktumnya Jean Paul Sartre bahwa "human is condemned to be
free", manusia dikutuk untuk bebas. (pz/bersambung)
sumber : danish56.blogspot.com
Rabu, 28 September 2011
connect with us
Archives
-
►
2012
(37)
- ► 22 Juli - 29 Juli (1)
- ► 22 April - 29 April (11)
- ► 25 Maret - 1 April (1)
- ► 15 Januari - 22 Januari (10)
-
▼
2011
(1342)
- ► 30 Oktober - 6 November (24)
- ► 23 Oktober - 30 Oktober (42)
- ► 16 Oktober - 23 Oktober (21)
- ► 9 Oktober - 16 Oktober (33)
- ► 2 Oktober - 9 Oktober (19)
-
▼
25 September - 2 Oktober
(30)
- (lucu) 11 Orang Dalam 1 Becak
- Pria Ini Berjalan di Atas Kabel Setinggi Tiga Ribu...
- 5 Tanda Tangan Termahal di dunia
- Misteri Laut Setan (Devil Sea)
- 8 Makanan Musuh Lemak Jahat
- Inilah 10 Fakta Fisika Yang Terasa Aneh Namun Nyata
- Astrolabe, Komputer Paling Tua Dari Zaman Kejayaan...
- Inilah 3 Gaya Marah Manusia dan Akibatnya
- Penclic Mouse, Mouse Berbentuk Pen Untuk Menghinda...
- 10 Keajaiban Alam yang Luar Biasa
- Desa Terapung di Danau Titicaca yang Menakjubkan
- Akibat Buruk Meniru Konsep Psikologi Anak Modern D...
- 6 Ciri Persahabatan yang Sehat
- Asal Mula Kata Influenza
- Mengupas Teknologi Tes DNA
- wow! menakjubkan, inilah Mesin Raksasa Terbesar di...
- michael sata si tukang sapu, yang kini mejadi pres...
- asal mula TTS
- 6 Fakta Baru Tentang Kolesterol
- 10 Cara tercepat untuk mengatasi Stres
- 10 Kegiatan unik yang pernah dilakukan di dalam air
- 6 Fenomena di Lautan yang Paling Fenomenal
- 10 Tempat Terlarang Untuk Ponselmu
- Modifikasi Komputer yang Keren dan UNIK di Jerman
- Ujung Dunia, Dunia Yang Bertepi
- 10 Phobia Yang Banyak Ditakuti
- 7 negara tertua di dunia
- Misteri, Tubuh Penderita Diabetes Tiba-tiba Terbak...
- 6 hal yang membuat pria menangis
- Inilah Semut - Semut Yang Paling Istimewa Diantara...
- ► 24 Juli - 31 Juli (16)
- ► 17 Juli - 24 Juli (13)
- ► 10 Juli - 17 Juli (27)
- ► 3 Juli - 10 Juli (6)
- ► 26 Juni - 3 Juli (20)
- ► 19 Juni - 26 Juni (125)
- ► 12 Juni - 19 Juni (91)
- ► 5 Juni - 12 Juni (57)
- ► 29 Mei - 5 Juni (60)
- ► 22 Mei - 29 Mei (71)
- ► 15 Mei - 22 Mei (87)
- ► 8 Mei - 15 Mei (81)
- ► 1 Mei - 8 Mei (64)
- ► 24 April - 1 Mei (92)
- ► 17 April - 24 April (64)
- ► 10 April - 17 April (79)
- ► 3 April - 10 April (24)
- ► 27 Maret - 3 April (30)
- ► 20 Maret - 27 Maret (34)
- ► 13 Maret - 20 Maret (10)
- ► 6 Maret - 13 Maret (4)
-
►
2010
(32)
- ► 13 Juni - 20 Juni (1)
- ► 30 Mei - 6 Juni (1)
- ► 18 April - 25 April (1)
- ► 11 April - 18 April (1)
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....