skip to main |
skip to sidebar
13.07
fabdoels
No comments
Tuhan
menciptakan sesuatu dengan desain yang maha sempurna. Desain organ pada
binatang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan makanannya. Begitu
juga bunglon. Akan tetapi dari binatang ini ditemukan fakta
mencengangkan. Fakta tersebut adalah kecepatan super lidah bunglon
menangkap mangsanya.
Jurriaan de Groot dari
Universitas Leiden, dan Johan van Leeuwen dari Universitas Wageningen,
mengambil film-film Sinar X berkecepatan tinggi, yakni 500 bingkai per
detik, dalam rangka menyelidiki bagaimana lidah bunglon bekerja ketika
menangkap mangsa. Film-film ini menunjukkan bahwa ujung lidah bunglon
mengalami percepatan 50 g (g = konstanta gravitasi). Percepatan ini
lima kali lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet
tempur.
Buku-buku teks zologi
menjelaskan bahwa lidah balistik bunglon diperkuat oleh seutas otot
pemercepat (akselerator). Otot ini memanjang ketika menekan ke bawah
pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang
membungkusnya. Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang telah
disetujui untuk diterbitkan oleh majalah ilmiah Proceedings of the
Royal Society of London (Series B), dua ahli morfologi yang memelajari
kebiasaan makan bunglon menemukan unsur-unsur lain yang terkait dengan
gerakan cepat lidah binatang ini.
Para peneliti ini
membedah jaringan lidah dan menemukan bahwa otot pemercepat sama sekali
tidak cukup kuat untuk menghasilkan gaya yang diperlukan ini sendirian.
Dengan meneliti lidah bunglon, mereka menemukan keberadaan sedikitnya
10 bungkus licin, yang hingga saat itu belum diketahui, di antara otot
pemercepat dan tulang lidah.
Bungkus-bungkus ini, yang melekat ke tulang lidah di ujungnya yang
terdekat dengan mulut, teramati mengandung serat-serat protein
berajutan spiral. Serat-serat ini memadat dan berubah bentuk ketika
otot pemercepat mengerut dan menyimpan tenaga bagaikan seutas pita
karet yang tertekan.
Ketika mencapai ujung bulat tulang lidah, bungkus-bungkus yang ketat
dan memanjang ini secara bersamaan menggelincir dan mengerut dengan
kekuatan dan melontarkan lidah. Secepat serat-serat ini menggelincir
dari tulang lidah, bungkus-bungkus saling memisahkan diri bagaikan
tabung-tabung sebuah teleskop, dan karena itu lidah mencapai jangkauan
terjauhnya. Van Leeuwen berkata, “ini adalah ketapel teleskopis.”
Ketapel ini memiliki ciri lain yang amat menyolok. Ujung lidah
mengambil bentuk hampa pada saat menghantam mangsa. Ketika terlontar,
lidah ini dapat menjulur sejauh enam kali panjangnya ketika istirahat
di dalam mulut, dan dua kali panjang tubuhnya sendiri.
Kelompok-kelompok otot dengan sifat-sifat yang berbeda secara tanpa
cela melontarkan lidah, memercepatnya, menyebabkan lidah mengambil
bentuk isap ketika menghantam mangsanya dan lalu cepat-cepat menariknya.
Kelompok-kelompok otot ini sama sekali tidak saling menghalangi fungsi
masing-masing, namun bekerja dengan cara yang terselaraskan dalam
menghantam mangsa dan menarik lidah kembali ke mulut dalam waktu kurang
dari sedetik. Tambahan lagi, berkat kerjasama antara sistem penglihatan
dan otak, kedudukan mangsa diukur dan perintah bagi lidah balistik
untuk “menembak!” diberikan oleh syaraf yang mengirimkan isyarat di
dalam otak.
sumber : kaskus.us
Posted in: flora dan fauna
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....