|
Coelacanth |
Sebelum tahun 1938, Coelacanth (
Latimeria chalumnae) adalah
ikan purba yang dianggap sudah punah sekitar 80 juta tahun yang lalu
dan diperkirakan merupakan nenek moyang dari semua hewan darat di jaman
sekarang. Karena jika dilihat dari fosilnya sirip-sirip dari Coelacanth
memiliki tulang dan diperkirakan memiliki jantung. Akhirnya para
ilmuwan pada masa itu menganggap Coelacanth sudah dapat berjalan di
darat.
Pada tahun 1938 Coelacanth secara mengejutkan ditemukan masih hidup
di Afrika Selatan. Sampai 14 tahun kemudian dilakukan pencarian dan
menhasilkan penemuan rumah sebenarnya dari Coelacanth yaitu di Pulau
Comoro. Sejak saat itu sekitar 200 specimen telah ditemukan. Beberapa
specimen juga ditemukan di Madagaskar dan Mozambik. Hal ini sangat
menggembirakan sekaligus menghancurkan anggapan selama ini bahwa
Coelacanth adalah nenek moyang hewan darat karena setelah diteliti
tulang pada sirip-sirip Coelacanth tidak terhubung dengan tulang
belakang jadi tidak mungkin bisa digunakan untuk berjalan dan organ di
fosil yang dikira jantung ternyata adalah sebuah kantung lemak. Hal ini
membuktikan bahwa Coelacanth benar-benar sebuah ikan yang hanya hidup
di air dan bukan nenek moyang hewan darat. Tapi tetap saja penemuan ini
cukup menggemparkan.
|
Coelacanth (1938) |
Para ilmuwan dibuat semakin terkejut ketika pada tahun 1998 ditemukan
lagi spesies Coelacanth di perairan Indonesia tepatnya di Sulawesi
Utara yang jaraknya 10.000 km dari penemuan pertama 60 tahun yang lalu.
Penemuan itu sebenarnya diawali pada bulan September 1997 dimana saat
itu ada seorang ilmuwan yaitu Dr. Mark Erdman yang sedang berbulan madu
dengan istrinya di Sulawesi, melihat seekor ikan yang aneh dan lain dari
ikan yang lainnya. Ikan itu dibawa oleh seorang nelayan lokal.
Dengan segera Dr. Mark Erdman dapat mengenali ikan itu sebagai
Coelacanth yang pernah ditemukan di Pulau Comoro dan segera mengambil
kamera untuk mengambil gambarnya. Sayangnya Dr Mark Erdman tidak
membeli ikan tersebut.
|
Coelacanth (1998 - Manado) |
September 1997, Dr Mark Erdman kembali ke Sulawesi untuk melakukan
pencarian dan penelitian terhadap ikan ini. Dari hasil wawancara dengan
200 orang nelayan selama 5 bulan ternyata ada dua orang nelayan lokal
yang bisa mengenali ikan ini dan mereka menyebutnya sebagai Raja Laut.
Setelah mengamati dan meneliti selama beberapa bulan di Sulawesi
akhirnya Dr Mark Erdman menemukan Coelacanth yang kedua dari Sulawesi.
Hal ini membuktikan bahwa Coelacanth benar-benar ada dan hidup di
perairan Sulawesi. Coelacanth merupakan hewan purba kedua yg ditemukan
di Indonesia setelah Komodo.
Posted in: flora dan fauna,sains
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....