Siapa
tak suka gorengan? Sensasi renyah dan gurihnya saat digigit membuat
orang sulit menghindarinya. Menyantap risoles, tahu isi goreng, atau
pisang goreng saat senggang pada pagi atau sore hari tentu sangat
nikmat.
Widajanti,
56 tahun, ibu rumah tangga di Boyolali, Jawa Tengah, misalnya. Ia tiada
hari tanpa menggunakan minyak goreng dalam memasak. Selesai menggoreng
kerupuk yang butuh banyak minyak, ia menggoreng lauk. Terakhir, sisa
minyak dipakainya untuk menumis sayur. "Sayang kalau dibuang, masih
bisa dipakai lagi," ujarnya.
Lain
halnya dengan Krisnawati, 40 tahun. Dia menyadari usianya makin tua dan
harus memperhatikan kesehatan. Krisnawati kini lebih suka mengukus atau
merebus makanan yang dikonsumsinya. Kalaupun harus menggoreng atau
menumis, dia hanya sedikit sekali menggunakan minyak.
Karyawan
swasta di kawasan Blok M ini mengatakan berupaya mengurangi
mengkonsumsi minyak dan makanan yang digoreng untuk kesehatan.
"Kalaupun menggoreng, tidak terlalu banyak memakai minyak. Setelah
menggoreng, aku buang minyaknya," katanya.
Menurut
dokter Inge Permadhi, spesialis gizi klinis dari Rumah Sakit Siloam
Semanggi, gorengan atau makanan yang diolah dengan digoreng idealnya
memang dihindari total. Tapi, jika tidak mungkin menghindari,
kreativitas mengolah makanan bisa jadi senjata.
"Makanan
yang digoreng, selain hancur mikro-nutrisinya, minyak yang terserap
makanan berbahaya untuk kesehatan kita," kata Inge saat ditemui seusai
jumpa wartawan acara seminar bertajuk "Pentingnya Sarapan" di Jakarta
beberapa waktu lalu.
Minyak
goreng yang dipanaskan, apalagi secara berulang, akan meningkatkan
kandungan lemak trans. Lemak trans adalah nama umum untuk lemak tak
jenuh. Sebagian besar lemak trans disintesiskan secara artifisial atau
buatan. Biasanya dengan proses kimiawi memadatkan minyak cair.
Kadar
lemak trans yang tinggi dalam tubuh bisa meningkatkan kadar kolesterol
jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.
Akibatnya, terjadi pembekuan darah, muncul endapan, dan mempersempit
pembuluh darah, sehingga kesehatan jantung terancam. Seperti diketahui,
penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab nomor satu kematian di
Indonesia.
Karena
itu, Inge menyarankan, saat menumis sebaiknya sesedikit mungkin
menggunakan minyak goreng. "Lebih baik gunakan penggorengan antilengket
dan gunakan sedikit minyak hanya untuk menumis sebentar bumbunya."
Senada
dengan Inge, chef Edwin Lau mengatakan makanan yang digoreng memang
belum tentu menyehatkan tubuh. "Tergantung apa yang digoreng, bagaimana
cara menggoreng, dan siapa yang mengkonsumsi makanan gorengan itu,"
ujar Edwin melalui surat elektronik.
Dia
mencontohkan, makanan seperti jeroan ayam atau sapi yang digoreng tidak
sehat. Sebab, jeroan sendiri sudah mengandung lemak jenuh yang tinggi.
Pria yang pernah bekerja di berbagai hotel bintang lima ini mengatakan
banyak jenis minyak yang bisa digunakan untuk memasak.
"Minyak
sawit, minyak kelapa, minyak babi, bebek, dan ayam memiliki kandungan
lemak jenuh yang sangat tinggi," ujar pria yang mengambil spesialisasi
masakan sehat ini.
Sedangkan
minyak zaitun, biji bunga matahari, biji bunga kapas (safflower),
minyak kacang, minyak jagung, canola, minyak kulit padi, minyak wijen,
dan minyak biji anggur memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tunggal
dan ganda yang lebih tinggi.
Edwin
mengatakan ada aturan khusus untuk memasak agar tidak merusak kandungan
vitamin, protein, atau mineral makanan. "Contohnya, salmon akan rusak
Omega-3-nya kalau terlalu lama (dimasak)," ujarnya.
Saat
memasak pun disarankan memakai minyak yang sudah mencapai suhu tinggi.
Sebab, semakin rendah suhu akan makin banyak makanan menyerap minyak.
"Tekniknya juga harus benar supaya tidak 'minum' minyak," ujarnya.
Dia
menyarankan tidak menggoreng untuk mematangkan makanan. Hal ini akan
membuat makanan menyerap lebih banyak minyak. "Gunakan hanya untuk
dapat tekstur renyah pada kulitnya untuk meminimalkan minyak," ujar
pemilik tubuh bagus ini.
Penggunaan
minyak untuk menggoreng lebih dari sekali tidak disarankan. Sebab,
minyak sudah mencapai titik didih dan berpotensi menghasilkan lemak
yang berbahaya bagi pembuluh darah. Dia pun menyarankan agar
mengkonsumsi makanan yang dimasak dengan teknik masak lebih ramah
kesehatan, seperti dikukus, direbus, dipanggang di oven, dan ditumis
dengan sedikit minyak.
Tip Menggoreng Sehat
1. Gunakan penggorengan dengan lapisan antilengket untuk mengurangi penggunaan minyak.
2. Gunakan minyak yang sehat, seperti minyak canola.
3. Hindari deep fried atau menggoreng dengan suhu tinggi dalam waktu yang lama.
4.
Menumis bumbu dengan sedikit minyak. Lalu buang minyak, campur bumbu ke
dalam masakan. Setelah matang dan diangkat, tuang sedikit margarin di
atas tumisan untuk memberi efek kilau minyak.
5. Pastikan suhu minyak cukup tinggi untuk meminimalkan penyerapan minyak ke makanan.
6.
Jangan menggoreng makanan dalam jumlah banyak sekaligus karena akan
mengganggu suhu minyak dan membuat minyak lebih banyak terserap.
7. Kukus makanan sebelum digoreng untuk mematangkan bagian dalam dan mengurangi kontak terlalu lama dengan minyak.
8. Tiriskan minyak dengan sempurna sebelum makanan disajikan. Gunakan kertas penyerap minyak.
sumber : hariansobek.com
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....