Spoiler for Sholat depan altarl:
si Menuk-- nama karyawati cantik yang diperankan Revaline S. Temat,
melakukan ibadah 5 waktu di samping ruangan altar pemujaan agama
Konghucu yang penuh dengan hio lengkap dengan asapnya. Kalau tidak
salah, si Menuk malah shalat menghadap ke altar. Sungguh sebuah
penggambaran yang hanya pantas dibuat oleh orang-orang berperadaban
rendah.
KEDUA: Dalam ajaran Islam Babi tetaplah babi dan hukumnya haram baik menyentuh memakan atau memperjual-belikannya (Yang agama lain jangan keberatan ya...ini memang aturan dalam ajaran agama kami)
"Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamer, bangkai, babi dan patung". (HR. Al Jama'ah)
Spoiler for Kampanye Pro Babi ala Hanung:
Bagi yang beragama Islam, memang harus menerima kenyataan tidak
diperbolehkannya berdekatan dengan hewan yang bernama Babi. Apalagi
memakan dagingnya. Dalam film ini Hanung mencoba menawarkan (baca:
mengajari) secara buruk kepada penonton, bagaimana agar babi menjadi
sahabat seorang muslim. Hanung berkali-kali mengkampanyekan bahwa babi
rasanya gurih tanpa banyak bumbu dalam film itu, namun yang namanya
babi tetap saja haram. Meskipun dalam film itu dikampanyekan betapa
nikmatnya makanan daging babi dibanding ayam yang harus banyak ramuan
bumbu untuk rasa nikmatnya, namun babi tetaplah makanan paling dibenci
pemeluk Islam.
Untuk menghindari kecurigaan kampanye pro-babi Hanung, dia mengemasnya dengan cukup confidence. Caranya, dia gambarkan seorang muslimah cantik, taat, berjilbab, yang justru dengan ikhlasnya bekerja di restoran babi. Dia makan gaji dari restoran babi milik Tan Kat Sun. Untuk menggambarkan betapa ikhlasnya si muslimah, bahkan ia shalat pun rela dikelilingi onggokan daging babi yang menjijikkan!
Untuk menghindari kecurigaan kampanye pro-babi Hanung, dia mengemasnya dengan cukup confidence. Caranya, dia gambarkan seorang muslimah cantik, taat, berjilbab, yang justru dengan ikhlasnya bekerja di restoran babi. Dia makan gaji dari restoran babi milik Tan Kat Sun. Untuk menggambarkan betapa ikhlasnya si muslimah, bahkan ia shalat pun rela dikelilingi onggokan daging babi yang menjijikkan!
KETIGA: Ada banyak sara dan cacian dalam film itu
Spoiler for ISU:
Hanung tampak sekali gagal membaca kegundahan mayoritas
pemeluk agama di Indonesia, dimana umat Islam sesungguhnya menjadi
korban terorisme. Kacamata Hanung dalam memandang konflik teroris,
tampaknya sangat dangkal dan menjijikkan--mungkin kurang bahan bacaan
atau hanya mengamini bisikan pihak tak bertanggungjawab. Terlihat di
awal film, Hanung sengaja membuka adegan ngawur dengan olok-olokan
antara warga etnis China dengan Jamaah Masjid. Mana mungkin etnis China
dengan teriakan sedemikian keras di depan ratusan warga, menuduh Jamaah
Masjid sebagai teroris! Kalau film ini hanya ditonton oleh Hanung dan
kru nya saja, saya kira tidak ada masalah. Namun ketika film ini
ditonton oleh segala umur, segala agama, segala etnis, bukankah ini
Hanung bisa dituduh sebagai penyebar kebencian melalui produk seni?
Yang sangat menyakitkan, olok-olok "Dasar Chino" yang diumpatkan Jamaah Masjid melalui logat Semarang yang kental kepada warga China di film itu juga sangat dipaksakan, karena olok-olokan semacam itu hanya pantas dilakukan oleh para tukang mabuk dan kumpulan orang yang mungkin sudah sangat akrab, bukan dalam kondisi serius seperti dalam film "?". Kata-kata umpatan 'Asu (baca: Anjing)' pada beberapa kali adegan, tampak ngawur dan dilakukan secara sarkastis. Kalaupun itu pernah terjadi di sebuah sudut kecil di Semarang, tak elok rasanya diangkat ke layar lebar karena tidak sebanding dengan manfaatnya. Kalau boleh saya sebut, untuk membuat film seburuk ini, tak perlu menggunakan sutradara besar lulusan IKJ. Sampai di sini, Hanung saya kira sudah tidak sepantasnya melanjutkan film ini.
Yang sangat menyakitkan, olok-olok "Dasar Chino" yang diumpatkan Jamaah Masjid melalui logat Semarang yang kental kepada warga China di film itu juga sangat dipaksakan, karena olok-olokan semacam itu hanya pantas dilakukan oleh para tukang mabuk dan kumpulan orang yang mungkin sudah sangat akrab, bukan dalam kondisi serius seperti dalam film "?". Kata-kata umpatan 'Asu (baca: Anjing)' pada beberapa kali adegan, tampak ngawur dan dilakukan secara sarkastis. Kalaupun itu pernah terjadi di sebuah sudut kecil di Semarang, tak elok rasanya diangkat ke layar lebar karena tidak sebanding dengan manfaatnya. Kalau boleh saya sebut, untuk membuat film seburuk ini, tak perlu menggunakan sutradara besar lulusan IKJ. Sampai di sini, Hanung saya kira sudah tidak sepantasnya melanjutkan film ini.
well pasti sampai detik ini orang2 diluar islam menganggap islam=teroris...tapi umat islam yang akidahnya lurus pasti mengharamkan terorisme. Perang hanya dilakukan bila kita terancam dan penghinaan bertubi-tubi kepada agama Islam.
Di Argentina, di Irlandia selatan atau negara-negara yang islamnya minoritas juga ada terosisnya koq dan mereka bukan islam
Spoiler for Ingin tahu bohong paling nyata?:
Lihat, dalam film itu tak ada alur mundur. Artinya, film itu mungkin
menggambarkan peristiwa yang terjadi beberapa bulan terakhir.
Setidaknya setahun lalu. Namun, kostum beberapa adegan, mengesankan
situasi tahun 1970-an. Bahkan, kasir restoran masih memakai pesawat
telepon dengan tombol putar! Namun disisi lain, tokoh Hendra (anak
pemilik restoran China Tan Kat Sun), sudah memegang handset Blackberry
Onyx.
sumber : kaskus.us
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....