JAKARTA (voa-islam.com) –
Bukan hanya warga Nahdiyin saja yang mengecam film "?" (tanda tanya)
garapan Hanung Bramantyo. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menilai
film ini menyebarkan faham Pluralisme Agama yang telah difatwa haram.
Penyebaran faham Pluralisme ini telah
dicermati oleh KH A. Cholil Ridwan, Ketua MUI Pusat Bidang Budaya, usai
menyaksikan film itu Rabu malam (6/4/2011) di Jakarta. "Film ini jelas
menyebarkan faham Pluralisme Agama yang telah difatwakan sebagai faham
yang salah dan haram bagi umat Islam untuk memeluknya," ujar Cholil
dalam penjelasan tertulisnya kepada voa-islam.com, Kamis (7/4/2011).
Indikasi faham pluralisme ini, jelas
Cholil, terlihat dalam narasi di bagian awal, "Semua jalan setapak itu
berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama: mencari satu hal yang
sama dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan."
Dengan pandangan seperti itu, ujar
Cholil, pihak pembuat film jelas memposisikan dirinya sebagai seorang
non Muslim penganut faham netral agama, karena semua agama dipandang
sama-sama merupakan jalan yang sah menuju Tuhan yang sama. Konsep
netral agama tak mengenal konsep Tauhid dan Syirik, atau Mukmin dan
kafir, sehingga bertolak belakang dengan ajaran Islam.
"Cara pandang seperti ini menunjukkan
bahwa pembuat film ini berdiri pada perspektif bukan sebagai seorang
Muslim, tetapi sebagai seorang yang netral agama, yang memandang semua
agama adalah menyembah Tuhan yang sama," tegas pengasuh Pesantren
Husnayaian Jakarta itu.
Selain itu, papar Cholil, cara pandang
pembuat film ini juga bertentangan dengan cara pandang Nabi Muhammad
SAW. "Saat Rasulullah diutus sudah ada orang-orang Yahudi, Nasrani,
Majusi, dan kaum musyrik Arab. Tapi Nabi Rasulullah menyeru mereka
semua agar kembali kepada satu prinsip yang sama (Kalimatin Sawa'),
yaitu prinsip Tauhid hanya menyembah Allah semata," tegasnya sembari
mengutip Al-Qur'an surat Ali Imran 64, Maryam 88-91, Al-Ma'idah 73, dan
Ash-Shaff:6).
Karenanya, Cholil yang juga Ketua Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia ini mempertanyakan keagamaan para pembuat
film "?" yang tidak mau memakai agama sebagai dasar pijakan. "Sangat
aneh jika seorang mengaku beragama Islam, tetapi melihat agama-agama
lain selain Islam, bukan dari kacamata Al-Qur'an, tetapi dari kacamata
netral agama," kritiknya.
Dalam pandangan akidah, lanjut Cholil, film ini sama sekali tidak bisa dibenarkan.
"Film ini mencampuradukkan dan
mengacaukan konsep toleransi dan kerukunan dengan konsep "Pluralisme"
dalam hal teologis," kecamnya. "Toleransi tetap bisa terjalin tanpa
harus mengorbankan keyakinan keagamaan masing-masing, karena kerukunan
umat beragama dapat terwujud bila masing-masing pemeluk agama tetap
dengan klaim kebenarannya masing-masing " imbuhnya.
Setelah menelaah secara kritis mulai dari judul hingga bagian penutup (ending),
Kholil Ridwan menyimpulkan bahwa pembuat film "?" ini belum memahami
Islam. Karenanya, ia mengimbau agar para pembuat film, terutama
sutradaranya, mengkaji Islam secara mendalam agar film-film hasil
karyanya tidak sesat dan menyesatkan orang. Sangat tidak beradab, jika
seseorang yang mengaku "tidak tahu" atau "belum tahu", tetapi sudah
berlagak sok tahu.
"Saya menyarankan agar Saudara Hanung
sebaiknya mengaji yang baik, dan dengan sukarela menyatakan bahwa
filmnya memang keliru dan mengelirukan," imbau Cholil. "Lebih baik
lagi, film ini ditarik dari peredaran," pungkasnya. [taz]
0 komentar:
Posting Komentar
setelah baca, jangan lupa komentar ya.....